DISKUSI BUDDHISME
PERBANDINGAN
AGAMA-B SEMESTER 4
Hari, tanggal :
Jum’at, 10 Mei 2013
Pukul :
13.00-15.00
Tempat :
Fakultas Ushuluddin Lt. 5 ruang 507
Tema :
1. Aliran Hinayana dan Mahayana
2. Aliran Tantrayana, Mantrayana, dan
Vajrayana
Moderator dan notulis :
Fathimah al-Batul Abidatunillah
Narasumber :
1. Noviah
2. Ida Zubaedah
Pembanding :
1. Ida Zubaedah
2. Nurjaman
Hasil diskusi:
Aliran Hinayana dan
Mahayana
Noviah
Aliran Hinayana membawa
ajaran-ajaran asli dari Buddha Gautama dengan kitab sucinya Tipitaka, yang
terdiri dari Vinaya Pitaka, Sutta Pitaka, dan Abidhamma Pitaka. Aliran Hinayana
yang berarti “kendaraan atau kereta kecil”, tidak menekankan pada upacara atau
ritual-ritual keagamaan, tetapi lebih kepada meditasi. Aliran ini tidak
menampung banyak orang untuk memperoleh kebahagiaan nirvana, karena prinsip
pandangannya adalah bahwa setiap orang bergantung pada usahanya sendiri dalam
mencapai kebahagiaan abadi, tanpa adanya penolong baik dari para dewa ataupun
manusia Buddha. Aliran ini disebut juga ‘Theravada’ yang berarti jalan
orang-orang tua. Buddha dipandang sebagai manusia penunjuk jalan dalam aliran
ini, sehingga tidak ada praktik-praktik penyembahan terhadap Sang Buddha.
Cita-cita
tertinggi dalam aliran Hinayana adalah mencapai Arahat. Aliran ini juga
menekankan pada pencapaian kebijaksanaan, dan lebih menjaga kemurnian ajaran
Buddha, sehingga tidak menambahkan ajaran-ajaran baru dengan alasan apa pun.
Aliran Mahayana merupakan aliran
Hinayana yang mengalami pembaruan dengan diberi pelajaran-pelajaran ekstra.
Aliran Buddhisme Mahayana berarti kendaraan besar atau kereta besar karena
dapat menampung sebanyak-banyaknya orang yang ingin masuk ke nirvana. Berbeda
dengan Hinayana yang mempertahankan kemurnian ajaran Buddha, aliran Mahayana
memberikan kebebasan berpikir dalam menginterpretasikan kitab-kitab suci.
Aliran ini terpecah ke dalam banyak sekte-sekte, karena kebebasannya dalam
berpemikiran. Akan tetapi, aliran ini juga tersebar luas dari India, Asia
Tengah (Mongolia dan Tibet), serta Asia Timur (Cina, Korea, Jepang) dengan
berbagai modifikasi dan interpretasi yang masing-masing memiliki keunikan dalam
interaksinya dengan kebudayaan-kebudayaan lokal.
Aliran Mahayana bertujuan untuk mencapai Boddhisatva, calon
Buddha yang bukan hanya untuk pencapaian pribadi atau diri sendiri, akan tetapi
juga berupaya menyebarkan dharma kepada orang lain agar setiap orang dapat
mencapai nirvana. Mahayana percaya bahwa Buddha bukanlah manusia biasa,
melainkan semacam Dewa yang berasal dari golongan lebih tinggi dari manusia, sehingga
dalam aliran ini ada kecenderungan untuk mendewakan Buddha Gautama dan sebagian
menyembahnya. Aliran ini juga mempercayai adanya dewa-dewa lain yang berperan
dalam kehidupan mereka, seperti Dewa Bumi, Dewi Kasih Sayang, Dewa Langit dan
sebagainya. Hal ini dipengaruhi oleh kebudayaan-kebudayaan tempatnya
berkembang, seperti Cina yang sejak berabad-abad sebelumnya telah memiliki
keyakinan yang kuat terhadap dewa-dewa penjaga alam dan arwah leluhur; dan lain
sebagainya. Dalam aliran Mahayana, keberadaan Sangha sangat berperan dalam
pencapaian pencerahan masing-masing individu, karena sifat sosialnya yang
tinggi. Lagipula, menurut Mahayana, satu sifat agama Buddha yang harus
disebarkan adalah karuna (kasih sayang) sesama umat manusia, sehingga semua
orang dapat diselamatkan oleh Sang Buddha, The Savior. Corak pemikiran dalam
aliran Mahayana adalah liberal, sesuai dengan interpretasi masing-masing, tak
heran jika aliran ini kemudian terpecah dalam banyak sekali sekte kecil. Tidak
seperti Hinayana yang mempertahankan keutuhan dan kemurniannya, sehingga tidak
banyak terjadi perpecahan, meskipun ada juga.
Tambahan dari
pemakalah pembanding: Ida Zubaedah.
Pemakalah pembanding memberikan beberapa poin tambahan
berkaitan dengan perbedaan antara aliran Hinayana dan Mahayana. Yaitu:
·
Manusia manusia adalah makhluk pribadi, apalagi dalam
perjalanan menuju pencerahan, setiap orang bertanggungjawab hanya atas dirinya
sendiri dan atas usahanya sendiri.
·
Nasib manusia ada di tangannya sendiri-sendiri dan tidak ada
pertolongan dari dewa-dewa atau dari Buddha.
·
Boddhi
·
Rahib atau biarawan dan Biara merupaakn pusat rohani
Mahayana
·
Manusia adalah makhluk sosial yang dalam perjalanan
pencerahan setiap orang juga memiliki kewajiban untuk saling mengingatkan dan
menolong dengan sesamanya.
·
Selain bergantung pada dirinya sendiri, nasib manusia juga
ditentukan oleh rahmat bagi semua orang. Pertolongan dari para dewa juga
berperan.
·
Karuna
·
Agama bagi orang awam.
Aliran Tantrayana,
Mantrayana, Vajrayana
Ida Zubaedah
Aliran Tantrayana sudah ada sejak
abad 500M sampai 1000M, merupakan aliran yang percaya pada occultisme
(kegaiban). Aliran ini bersifat esoterik atau batin, sehingga diajarkan secara
rahasia. Secara esoterik, tantrayana berarti menenun yang berkaitan dengan
aktivitas batini manusia. Lama merupakan guru kebuddhaan yang pertama
mengajarkan Tantra. Menurut Tantrayana, pencapaian kebuddhaan dapat diraih
sekejap melalui upcara atau ritual-ritual keagamaan.
Aliran Mantrayana merupakan aliran
yang tumbuh di India sejak abad ke 4M akan tetapi baru mendapatkan momentumnya
pada abad ke-5M. Aliran ini tumbuh dan berkembang di India Selatan dan Barat
Laut. Untuk mencapai kesempurnaan, menurut aliran ini,
Aliran Vajrayana merupakan aliran
yang tumbuh dan berkembang di Tibet, memiliki pandangan tentang 5 kosmik dari 5
sifat kebuddhaan. Panca tattagatha.
Tambahan dari
pemakalah pembanding: Nurjaman
Aliran Hinayana menekankan pada pencapaian Arahat sementara
Mahayana menekankan pada pencapaian Boddhisatva. Ritual dan praktik sudah
dijelaskan oleh pemakalah.
Sesi Tanya Jawab:
©
Nurhayati:
Dari masing-masing aliran, apakah ada tokoh-tokoh yang
berperan dalam mendirikannya?
Noviah menjawab: tokoh-tokoh dari Mahayana adalah Buddhagosha
dan Asvagosha, sementara dari Hinayana belum mendapatkan referensi yang
memadai.
Ida menjawab: tokoh aliran Tantrayana adalah Guru Lama yang
tadi sudah disebutkan, yang pertama kali mengajarkan Tantra kepada manusia.
Sementara untuk aliran Mantrayana dan Vajrayana, juga belum menemukan
tokoh-tokoh central yang berperan.
©
Laila:
1. Apa yang dimaksud
dengan esoterik dalam aliran Tantrayana?
Ida menjawab aliran
esoterik adalah aliran rahasia yang diajarkan secara sembunyi-sembunyi.
2. Sejak kapan adanya
aliran Hinayana dan Mahayana?
Ifa menambahkan bahwa
aliran-aliran tersebut mulai dibicarakan pada konsili kedua Agama Buddha. Konsili
pertama digelar seminggu setelah wafatnya Sang Buddha yang membicarakan tentang
penggunaan Vinaya Pittaka. Sementara konsili kedua diadakan seratus tahun
kemudian, yang membicarakan tentang adanya aturan-aturan Bhisku dalam vinaya
pittaka, karena adanya fenomena tentang bhiksu yang meminta-minta kepada
masyarakat. Dari pembahasan ini terbentuklah dua aliran yakni Hinayana dan
Mahayana.
©
Ika Wahyu Susanti
1. Pertanyaan untuk
Ida yaitu ada tiga aliran yang merupakan bagian dari Mahayana, yaitu Tantrayana,
Mantrayana, dan Vajrayana; apakah perbedaan dari masing-masing aliran tersebut?
2. Apa yang dimaksud
dengan panca tatthagatha?
Pancatattagatha merupakan
ajaran tentang lima Buddha terdahulu. Hal ini berkaitan dengan lima buddha
sebelum Sidharta Gautama.
Ati menambahkan:
bahwa masing-masing buddha memiliki wilayahnya sendiri-sendiri, sekarang ini,
Sidharta Gautama merupakan Buddha dunia. Terdapat sifat-sifat kebudhaan lainnya
seperti dani buddha yang mengatur tentang alam. Dan sebagainya.
©
Fitri
Pemakalah tidak menjelaskan sejarah masing-masing aliran.
Pertanyaannya adalah bagaimana latarbelakang sosial dan politik muncul-nya
aliran-aliran dalam agama Buddha?
©
Ifa
1. Bagaimana latar
belakang sosial dan politik munculnya aliran-aliran dalam agama Buddha?
2. Perbedaan antara
Hinayana dan Mahayana di power point menyebutkan bahwa antara Hinayana dan
Mahayana memiliki perbedaan interpretasi terhadap paticca samupada, bagaimana
perbedaannya?
3. Apa yang dimaksud
dengan pluralistik Hinayana dan Non-dualistik Mahayana?
4.
Tantrayana merupakan bagian dari Mahayana, apa yang
membedakan antara Tantrayana dari Mahayana? Kenapa terpecah?
Jawaban Noviah:
Adanya aliran-aliran dalam agama Buddha terbentuk pada
konsili kedua. Tokoh dari Hinayana adalah Stavira yang berpendapat bahwa ajaran
Buddha harus dijaga kemurniannya; pemikirannya bersifat fundamentalis atau
ortodoks, karena cenderung tidak bersedia menerima perubahan dalam agama
Buddha. Sementara Mahasartika lebih liberal yang berpendapat bahwa Buddha harus
bisa menyesuaikan diri dengan kondisi sekitarnya. Ia berpegang pada perkataan
Ananda bahwa: “Jika ada bagian dari Sangha yang dapat diubah, maka boleh
diubah, akan tetapi jangan sampai merubah pokok ajaran Buddha”
Ika: bahwa staviravada dan mahasartika merupakan perkumpulan
jemaat; bukan nama orang.
Fitri: kondisi sosialnya seperti apa? apakah politik juga
mempengaruhi?
Ifa: Hinayana menekankan bahwa dharma itu murni untuk diri
sendiri, sementara Mahayana berpendapat menekankan pada bagaimana agar dharma
tersebar luas dan semua orang dapat mempelajari dan mempraktikkan dharma.
Mahayana berpegang pada perkataan Ananda bahwa: “Jika ada
bagian dari Sangha yang dapat diubah, maka boleh diubah, akan tetapi jangan
sampai merubah pokok ajaran Buddha”
©
Muhyidin
1. Tantra secara
etimologis berarti menenun, sementara Tantrayana merupakan ajaran esoterik, apa
antara antara esoterik dan menenun? Apa makna esoterik yang sebenarnya? Praktik
esoterik seperti apa?
Esoterik seperti
yang tadi sudah dijelaskan merupakan ajaran yang bersifat rahasia. Sementara
kaitannya dengan menenun adalah, bahwa menenun mengacu pada praktik-praktik
esoterik dalam agama Buddha. Sehingga menenun semacam ekspresi dari esoterik
tersebut.
2. Penganut Hinayana
berpendapat bahwa meditasi merupakan “jalan terpendek” untuk mencapai
pencerahan. Apa yang dimaksud dengan jalan terpendek? Mengapa disebut sebagai
jalan terpendek?
Jalan terpendek ini
maksudnya dibandingkan dengan aliran lain, karena pada Aliran Mahayana,
terdapat upacara-upacara dan ritual-ritual keagamaan, sementara dalam aliran
Hinayana, hal tersebut tidak dilakukan. Mereka hanya menitikberatkan pada
meditasi dalam upaya mencapai pencerahan.
©
Arief
Dalam film Kera Sakti, bhiksu Tong Samchong (mohon maaf kalau
salah penulisan nama) sering mengucapkan amitabha. Apa makna ‘amitabha’, kenapa
kata ini yang paling populer? Mohon dijelaskan!
Pertanyaan ini sudah dijawab pada diskusi minggu sebelumnya
oleh Mba Ati J
©
Sapril
Bagaimana kondisi sosial dan politik yang melatarbelakangi
munculnya berbagai aliran tersebut?
Hal ini sama dengan yang ditanyakan oleh Fitri dan Ifa. Jadi
jawabannya bisa dilihat di atas. :D
0 comments:
Post a Comment