Wednesday, May 22, 2013

Dogen dan Sekte Soto di Jepang

Dalam beberapa hal, Dogen sangat berbeda dengan Eisai. Dilahirkan dari sebuah keluarga dari garis keturunan terhormat, Dogen mengalami tragedi kehilangan kedua orang tuanya di usia yang sangat muda. Menyadari kefanaan dunia ini, pada usia 13 tahun, Dogen memasuki Biara Tendai di Pegunungan Hiei. Pencariannya terhadap “kepastian” dalam mencapai Kebuddhaan mengantarkannya keluar dari Pegununangan Hiei, pertama ia datang pada guru Pure Land, dan kemudian Myozen, salah seorang murid dari Eisai. Pada 1223, Dogen pergi ke Cina, masih dengan misi yang sama, mencari seseorang yang benar-benar telah mencapai pencerahan, dan pada kesempatan itu ia bertemu dengan Ju-ching, seorang Master Ch’an pada Biara T’ien-t’ung. Dibawah bimbingan Ju-Ching, Dogen mencapai “pencerahan”. Kemudian ia kembali ke Jepang pada tahun 1227, mencoba mentransmisikan capaian penglihatan batin barunya tanpa membangun sekte yang baru. Bagaimana pun tradisinya dengan cepat membentuk satu sekte atau aliran independen yang dikenal dengan Soto (bahasa Jepang dari Ts’ao-tung).
Aliran Soto ini menekankan pada praktik Shinkataza, yaitu sekedar duduk. Istilah ini pertama kali digunakan oleh guru dari Dogen dan secara literal berarti, “nothing but (shikan) precisely (da) sitting (za).” Dengan kata lain, maksud Dogen adalah, “hanya melakukan zazen dengan sepenuh hati” atau “menyatukan pikiran dalam duduk”.[1] Shinkataza mengimplikasikan “sekedar duduk”. Steve Hagen mendeskripsikan kata bahasa Jepang dari empat bagian: shi berarti tranquility, kedamaian; kan berarti awareness, kesadaran; ta berarti hitting exactly the right spot (note one atom off), mengenai titik yang sangat tepat (tidak satu atom pun luput); dan za berarti duduk.
Sebuah terjemah dari shinkataza ditawarkan oleh Kobun Chino Otogawa memberikan beberapa pandangan tambahan: shikan berarti murni, satu dan hanya untuk itu. Ta merupakan kata yang sangat kuat, yang menunjukkan aktivitas keberpindahan. Ketika kau memukul, gerakan tersebut disebut ta. Dan za memiliki makna yang sama dengan zazen, duduk. (Shikan means pure, one, only for it. Ta is a very strong word. It shows moving activity. When you hit, that movement is called ta, so strike is ta. Za is the same as in the word zazen, sitting.)[2]

0 comments:

Post a Comment